KISAH SAHABAT NABI YANG JENAZAHNYA DITOLAK BUMI


Dahulu, sebelum Penaklukan Kota Mekkah, Sekelompok sahabat yang sedang di tengah sebuah ekspedisi militer tiba-tiba saja diperjalanan berpapasan dengan seorang bernama 'Amir al-Asyja'i yang berasal dari sebuah suku yang lagi berkonflik. 

Pria itu pada saat itu sedang menggembalakan domba-dombanya. ketika ia melihat sekelompok sahabat lewat dan berpaspasan denganya, dia langsung memberi salam dalam damai. 

Namun, salah seorang kelompok sahabat yang ada di lokasi kejadian pada saat itu yang bernama muhallam bin jatsamah langsung mendekati pria tersebut dan dengan sigapnya untuk berniat membunuhnya. 

Tetapi perlu diketahui, sebelumnya itu, ada perselisihan antara kedua pria tersebut dan mereka saling membenci dan mencaci satu sama lain. 

Dan juga perbedaan mereka itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan islam. 

Padahal pada saat itu juga teman-teman muhallam memperingatinya dan melarangnya untuk tidak membunuh 'Amir dengan berkata, "Dia itu mengucapkan salam kepada kita dengan damai, Dia adalah seorang Muslim!"

Lalu Muhallam menjawab, "Dia hamya mengatakannya karena takut dibunuh."

Dengan cepat, dia membidikkan panah ke 'Amir dan langsung membunuhnya, dan kemudian Muhallam ini mengambil semua domba-dombanya 'Amir. 

Setelah kejadian itu, pada Akhirnya berita itu sampai juga ke telinganya Nabi Muhammad SAW. Dan beliau mendengar apa yang terjadi kronologisnya seperti apa, dan pada saat itu juga beliau amat marah. 

Lalu dipanggil lah kerabat 'Amir datang dan Muhallam dipanggil untuk menghadap dan menemui Nabi Muhammad SAW untuk persidangan. 

Lalu pada saat itu, kerabat 'Amir diberi dua pilihan, Retribusi atau kompensasi uang. Dan mereka memilih pilihan yang kedua yaitu kompensasi uang.

Setelah persidangan itu selesai, kemudian muhallam datang ke Nabi Muhammad SAW dengan mengira dan menduga bahwa kesalahannya akan dimaafkan dan dilupakan. 

Muhallam meminta kepada Nabi Muhammad SAW untuk memohonkan pengampunan untuknya. 

Kemudian Nabi Muhammad SAW berkata dengan suara yang lantang yang dapat di dengar oleh semua orang, "Qum! La ghafara Allahu laka" yang artinya "Pergilah, semoga Allah tidak mengampunimu." 

Pada saat itu juga Muhallam sangat terkejut dan kaget, ia menyeka air mata dari wajahnya karena sedih bahwasanya perbuatannya tidak dimaafkan oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah beberapa hari setelah itu, Muhallam meninggal dunia.

Setelah itu kerabat-kerabat Muhallam memakamkannya dan kemudian mendapati jenazah Muhallam itu berada di luar makam di keesokan harinya. 

Ketika itu juga kerabat-kerabatnya memakamkannya kembali dan memerintahkan orang untuk menjaga makamnya karena mengira orang-orang dari suku pria yang dibunuh Muhallam kemaren telah menggali ulang makamnya. 

Namun, mereka mendapati kembali dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri bahwasanya tanah sendiri yang mengeluarkan jenazah muhallam. 

Peristiwa ini terjadi untuk kedua kalinya, dan ketiga kalinya. Setelah kali ketiga, jenazah itu tetap tidak diterima tanah dan mendapati jasad Muhallam berada di luar makam.

Kerabatnya pun langsung memindahkan dan meletakkan jenazah Muhallam di sebuah gua atau di antara dua gunung dan menutupi jenazah dengan bebatuan. 

Ketika setelah itu Ia memberitahukan Nabi Muhammad SAW tentang kejadian itu, bahwa tanah telah mengeluarkan jenazah muhallam, lalu Nabi Muhammad SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Al-Thabari dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya beliau bersabda: "Tanah Menerima mereka yang lebih buruk daripada kerabatmu, tetapi Allah ingin menegur kalian."

Kendati demikian, beberapa sahabat meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW kemudian meminta pengampunan untuk Muhallam, tetapi amarahnya kali ini merupakan sebagai simbol dari belas kasihnya

Karena beliau selalu menjunjung tinggi kesucian hidup dan nyawa seseorang, karena beliau selalu mengajarkan kepada kita pentingnya memanusiakan manusia, 

Karena beliau mengajarkan kepada kita untuk tidak saling menumpahkan darah antar sesama manusia, dan beliau juga mengajarkan kepada kita agar kita dapat menyambung silaturahim kepada sesama manusia, walaupun ia berbeda agama atau keyakinan terhadap kita. 

Sehingga kita dapat merajut tali persaudaran antar sesama manusia ini di tengah keberagaman antar Suku, Agama, Ras, Bahasa, dan budaya yang ada di dunia dan khususnya di Tanah Air kita yaitu Indonesia yang kita cintai ini.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel