KISAH SYECH ABDUL QODIRAL JAELANI DIANGKAT MENJADI RAJANYA PARA WALI


 

Di negeri Baghdad pada zaman itu ada seorang waliyullah yang sangat tinggi derajatnya,dialah Al Ghoutsu (Shulthanul auliya') atau istilahnya ratunya para wali. Banyak orang yang menceritakan bahwa waliyullah tersebut sangat sukar ditemui. 


Terkadang berada di tengah-tengah masyarakat dan terkadang hilang tiada orang yang mengetahui kemana perginya.

Tertarik akan ketinggian maqamnya, maka Syech Abdul Qodir bersama Abu Sa'id Abdullah dan Ibnu As Syiqa ingin berziarah kepada sang waliyullah yang termashyur itu, sewaktu dalam perjalanan, Ibnu As Syiqa berkata:

"Akan ku tanyakan tentang sebuah masalah yang ku rasa ia tidak akan dapat menjawab."
Abu Sa'id:
"Aku juga akan menanyakan sebuah masalah,tetapi aku akan menunggu apa yang dikatakannya."

Syech Abdul Qodir:
"Aku berlindung kepada Allah dari suatu pertanyaan,aku hanya menanti berkah dari pandangannya."

Setelah tiba di tempat tujuan, tak seorang pun yang mereka jumpai. Namun ketiganya telah sepakat untuk tidak pulang sebelum bertemu Al Ghoutsu r.a. 

ketiga sahabat itu menunggu kemudian secara tiba-tiba sang waliyullah telah duduk di dekat mereka pandangan matanya yang bersinar tajam dan berwibawa itu menatap ketiga tamunya. Dan beliau tampak sangat marah kepada Ibnu As Syiqa:

"Celaka engaku wahai Ibnu As Syiqa! Karena engaku hendak menanyakan suatu masalah yang kau kira aku tidak bisa 

menjawab,berarti engkau ingin mengujiku. Aku tahu pertanyaanmu begini dan jawabannya begini. Semua dapat kujawab, dan aku melihat api kufur yang menyala-nyala pada dirimu!"

Kemudian menatap Abu Sa'id Abdullah:
"Wahai Abdullah, kau akan menanyakan satu masalah tetapi kau masih menunggu  ucapanku. Maka pertanyaanmu itu begini dan jawabanya begini! Kau akan dikotori oleh dunia hingga kedua telingamu, disebabkan adab mu yang jelek itu!"

Selanjutnya Al Ghoutsu ra. Menatap Syech Abdul Qodir dengan pandangan memulyakan sambil berkata:

"Wahai Abdul Qodir,sesungguhnya aku telah ridha kepada Allah dan Rasulnya karena adabmu. Di Baghdad ini, aku melihatmu seakan duduk di sebuah kursi dan mengajarkan sekalian manusia. 

Kau katakan bahwa telapak kakimu berada di pundak para wali. Dan aku melihat para Auliya' merendahkan diri karena kemulianmu."

Setelah menyampaikan pandangan mata bathinya, Al Ghoutsu ra.lenyap dari pandangan.

Ketiga orang itu pulang dengan menatap dan menjalani masa depan serta nasibnya masing-masing. Di kemudian hari ternyata apa yang dikatakan oleh Al Ghoutsu Fii Zamanihi kepada tiga tamunya benar-benar terbukti.

 Ibnu As Syiqa seudai bertemu dengan Al Ghotsu tsmpak sangat rajin belajar,sehingga berhasil menguasai berbagai ilmu pengetahuan. 

Bahkan kelihatan menonjol di antara ilmuwan yang lain. Namannya pun menjadi terkenal karena pandai berhujjah dalam berbagai bidang ilmu,apalagi ditunjang dengan kefasihan lidah serta budi pekerti luhurnya. Khalifah yang berkuasa sangat kagum,sehingga ia diangkat sebagai duta negeri Rum.

Di negeri Rum ,ia mendapat sambutan hangat dari pembesar istana. Bahkan kaisar Rum sendiri menaruh hormat kepada Ibnu As Syiqa.

 Mendengar bahwa duta baru itu memiliki kepandaian yang luar biasa serta jauh berbeda dengan sebelumnya, maka timbullah keinginan kaisar untuk membuktikan. Pada suatu hari sang kaisar mengumpulkan para ulama dan ilmuwan yang terkenal di negeri Rum untuk berhujjah dengan Ibnu As Syiqa. 

Dan setelah berdebat dalam berbagai ilmu,tenyata Ibnu As Syiqa mampu mengunguli mereka. Bahkan pendapatnya sangat masuk akal dan bisa diterima oleh semua pihak. Dan kenyataan itu membuat sang kaisar semakin kagum dan percaya akan kemampuan Ibnu As Syiqa.

Pada suatu hari,Ibnu As Syiqa tanpa sengaja bertemu dengan putri kaisar yang berparas cantik dan rupawan. Ia sangat terpesona karena belum pernah bertmu dengan gadis secantik itu. Dan sejak saat itu wajah putri kaisar Rum itu ada di benaknya dan terbawa ke alam mimpi. 

Bahkan dalam penilainya tidak ada wanita pun yang secantik dan selembut putri kaisar,sehingga ia tidak bosan melihat wajahnya. 

Apalagi tutur kata yang sangat lembut dan mempesona menyejukkan hati, dari pertemuan,kedua dan seterusnya membuat ia jadi ketagihan ia selalu ingin bertemu dan duduk dengannya seakan tidak mau berpisah. Lama kelamaan hasratnya tak terbendung lagi,ia ingin segera menikah dengan gadis putri kaisar.

Hingga pada suatu hari ia menghadap kaisar Rum dan menyampaikan hasratnya ingin melamar putrinya. Tetapi sang kaisar menolak,kecuali jika ia bersedia memeluk agama Nasrani. Itulah sebuah ujian keimanan yang sangat berat,antara keinginan syahwat yang hanya sesaat dan kerugian akhirat yang tiada akhirnya. 

Ternyata hadrat hatinya yang mengebu-gebu untuk hidup bersama dengan putri kaisar telah mengalahkan imannya serta membutakan hatinya,ia berani menerjang lautan api yang luas dan panas membara. 

Ia memutuskan untuk berpindah agama, dari Islam menjadi Nasrani demi mendapatkan seorang istri yang berwajah cantik jelita. Ibnu As Syiqa menikah dengan seorang yang tercantik menurut pendapatnya dan ia terjerumus akibat su'ul adab terhadap Al Ghoutsu zaman ra,dengan merasa lebih tinggi dan pandai dari orang lain.

"Celaka engaku wahai Ibnu As Syiqa!........dan aku melihat api kufur yang menyala-nyala pada dirimu!"demikianlah kutukan Al Ghoutsu ketika itu.

Sedangkan Abu Sa'id Abdullah berada di Damaskus,mendapat tugas dari sultan Nuruddin As Syahid untuk mengurus dan menjaga harta waqaf. Akibatnya ia sangat sibuk dengan urusan duniawi,sehingga urusan akherat terlupakan. 

Itulah yang dimaksud oleh Al Ghoutsu ra, bahwa kehidupan Abu Sa'id dikotori dengan dunia hingga kedua telinganya akibat su'ul adab ketika menghadap. 

Sedangkan Syech Abdul Qodir al jailani kewaliannya semakin terkenal ke seluruh penjuru dunia,sebagaimana yang pernah diucapkan Al Ghoutsu ketika itu:

"Wahai Abdul Qodir, sesungguhnya aku telah ridha kepada Allah dan RasulNya karena adabmu. Di Baghdad ini ,aku melihatmu seakan duduk di sebuah kursi dan mengajar sekalian manusia. 

Ku katakan aku melihat kakimu berada di pundak para wali dan aku melihat para Auliya' merendahkan diri karena kemuliaanmu.

Ia dimuliakan oleh para Auliya',itu berarti bahwa Syech Abdul Qodir kelak akan  menjadi pengganti Al Ghoutsu sepeninggalan beliau. Dan pada saatnya Syech Abdul Qodir menduduki maqam tersebut.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel