KISAH SESEORANG YANG SELALU BERSHOLAWAT
Sabtu, 10 Februari 2024
Edit
Sufyan ats-Tsauri menuturkan,
“ Aku pergi haji. Manakala Tawaf di Ka’bah, aku melihat seoerang pemuda yang tak berdoa apapun selain hanya bershalawat kepada Nabi SAW. Baik ketika di Ka’bah, di Padang Arafah, di mudzdalifah dan Mina, atau ketika tawaf di Baytullah, doanya hanyalah shalawat kepada Baginda Nabi SAW.”
Saat kesempatan yang tepat datang,
Aku berkata kepadanya dengan hati-hati,
“Sahabatku, ada doa khusus untuk setiap tempat.
Jikalau engkau tidak mengetahuinya, perkenankanlah aku mengajarimu.”
Namun, dia berkata,
“Aku tahu,
Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti tindakanku yang aneh ini.”
“Aku berasal dari Khurasan.
Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami.
Naik turun gunung, lembah, dan gurun. Kami akhirnya memasuki kota Kufah.
Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia.
Dan aku mengkafani jenazahnya.
Agar tidak mengganggu jemaah lain,
Aku duduk menangis dalam batin dan memasrahkan segala urusan pada Allah SWT.
Sejenak kemudian, aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku, yang meninggalkanku seorang diri di daerah asing itu.
Akan tetapi, kala aku membuka kafan penutup wajahnya,
Aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai.
Terhenyak aku oleh pemandangan ini,
Aku tak tahu apa yang mesti kulakukan.
Aku tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain.
Sewaktu duduk merenung, aku seperti tertidur.
Lalu, pintu tenda kami terbuka, dan tampaklah sesosok orang bercadar.
Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata,
“Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?”
Aku pun berkata,
“Tuan, yang menimpaku memang bukan sukacita.
Tapi, aku tak boleh meratap supaya orang lain tak bersedih.”
Lalu orang asing itu mendekati jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajah ayahku.
Aku berdiri dan melihat wajah ayahku lebih berseri-seri ketimbang wajah tuanya.
Wajahnya bersinar seperti bulan purnama.
Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu dan bertanya,
“Siapakah Anda, wahai kekasih kebaikan?”
Dia menjawab,
“Aku Muhammad al Musthafa” (semoga Allah senantiasa melimpahkan Kemuliaan,Rahmat dan Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam,Rasul pilihanNya).
Mendengar perkataan ini, aku pun langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata,
“Masya Allah, ada apa ini? Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.”
Kemudian dengan lembut beliau berkata,
"ayahmu dulunya tukang riba.
Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Wajah mereka berubah menjadi wajah keledai,
Tetapi disini Allah Yang Mahaagung mengubah lagi wajah ayahmu.
Ayahmu dulu mempunyai sifat dan kebiasaan yang baik.
Setiap malam sebelum tidur,
Dia melafalkan shalawat seratus kali untukku.
Saat diberitahu perihal nasib ayahmu,
Aku segera memohon izin Allah untuk memberinya syafaat karena shalawatnya kepadaku.
Setelah diizinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku.”
Sufyan menuturkan, “Anak muda itu berkata,
“Sejak saat itulah aku bersumpah untuk tidak berdoa selain shalawat kepada Rasulullah,
Sebab aku tahu hanya shalawatlah yang dibutuhkan manusia di dunia dan di akhirat.”
Dengan kisah yang dikemukakan ini,
Semoga kita tidak akan melepaskan peluang untuk selalu bershalawat kepada pemimpin kita,
Cahaya dan pemberi syafaat kita,
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah SWT, Rasul, dan para MalaikatNya.
Semoga shalawat, salam, serta berkah senantiasa tercurah ke hadirat Nabi kita, Rasul kita, cahaya kita, dan imam kita, Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, beserta seluruh keluarga, keturunan, dan sahabat-sahabat beliau, dan seluruh kaum mukmin yang senantiasa untuk melazimkan bershalawat kepada beliau...Aamiin.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد