KISAH SATU-SATUNYA KETURUNAN RASULULLAH SAW YANG SELAMAT DARI PEMBANTAIAN KARBALA
Sabtu, 10 Februari 2024
Edit
Anak kecil itu adalah satu-satunya putra laki-laki dari Sayyiduna Husein radhiyallahu 'anhu yang selamat di peristiwa Karbala.
Ibu Sayyid kecil itu adalah Syah Zanan (artinya ratunya kaum perempuan) adalah salah satu dari 3 puteri Kisra, raja Persia, yang termasuk dalam tawanan perang.
Diriwayatkan bahwa Sayyiduna Umar radhiyallahu 'anhu memerintahkan agar ke-3 putri Kisra itu membuka tutup muka mereka untuk dinilai dan dijual.
Tapi ketiga putri itu menolak membuka wajah, bahkan memukul dada petugas yang berusaha membuka wajah mereka.
Imam Ali karramallahu wajhahu pun mengingatkan bahwa para puteri raja tidak boleh diperlakukan seperti kebanyakan umum.
Imam Ali mengatakan agar para putri itu dihargai setinggi mungkin dan dipersilahkan memilih laki-laki yang membeli mereka.
Putri pertama memilih Sayyiduna Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma.
Putri kedua memilih Sayyiduna Muhammad bin Abi Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma.
Putri ketiga memilih Sayyiduna Husein radhiyallahu 'anhu.
Imam Ali pun sangat bahagia dan berkata pada Sayyiduna Husein: "Dia akan melahirkan untukmu seorang yang paling mulia di muka bumi".
Sayyid Ali Zainal Abidin tidak mengenal sang ibu yang meninggal di masa nifas, Beliau diasuh oleh seorang budak perempuan yang dianggap sebagai ibu.
Sayyid Ali Zainal Abidin kecil dididik oleh sang ayah, para shahabat dan para umahat al-mukminin radhiyallahu 'anhum.
Dalam petistiwa Karbala, Sayyiduna Ali Zainal Abidin yang masih kecil (13 tahun) sedang sakit sehingga tidak keluar bersama para laki-laki karena Sayyidah Zainab tidak mengidzinkan.
Beliau juga selamat dari kehausan karena Sayyidah Zainab menyimpankan air.
Peristiwa Karbala sangat membekas pada diri Sayyiduna Ali Zainal Abidin, Beliau tidak mengenal senyum dan tawa, hanya ibadah dan zuhud dalam segala hal.
Sayyid Ali Zainal Abidin dikenal dengan "as-Sajjad", orang yang banyak sujud. Kesedihan Beliau sirna hanya pada saat shalat, doa dan haji.
Beliau pernah ditanya mengapa tetap bersedih?
Sayyid Ali Zainal Abidin menjawab:
"Sayyiduna Ya'qub 'alaihissalam punya 12 anak, salah satunya hilang, maka Beliau pun menangis sampai mata Beliau putih karena sedih, padahal Sayyiduna Yusuf masih hidup.
Sedangkan aku menyaksikan ayahku, saudaraku, pamanku, 17 orang anggota keluargaku, golongan pendukung ayahku.
Aku menyaksikan mereka terbunuh di sekitarku. Bagaimana bisa kesedihanku selesai?"
Sayyid Ali Zainal Abidin juga terkenal dengan 'hilm' (kesabaran tingkat tinggi) dan pembebasan budak.
Hobi Sayyid Ali Zainal Abidin adalah membeli budak dan digunakan beberapa waktu kemudian meminta budak ke maqam Sayyiduna Rasulullah SAW, shalat 2 raka'at, kemudian berdo'a, "Ya Allah, ampunilah Ali bin al-Husain".
Jika si budak melakukannya, maka si budak pun merdeka.
Salah satu budak diperintahkan Sayyid Ali Zainal Abidin untuk pergi ke suatu keperluan, tapi si budak lambat sekali.
Sayyid Ali Zainal Abidin pun mencambuknya 1 kali, si budak protes.
Sayyid Ali Zainal Abidin pun menangis dan meminta budak itu pergi maqam Sayyiduna Rasulullah SAW, shalat 2 raka'at, kemudian berdo'a, "Ya Allah, ampunilah Ali bin al-Husain", si budak pun merdeka.
Sayyid Ali Zainal Abidin selalu membuka rumah untuk memberi makan bagi yang membutuhkan, Beliau juga mengirim makanan pada mereka yang malu datang.
Sering kali keluar malam dengan menutup wajah mengetok pintu rumah-rumah orang yang membutuhkan, mengantar mereka makanan dan uang tanpa dikenal
Sebelum meninggal, Sayyid Ali Zainal Abidin berwasiat pada putera Beliau agar tidak berteman dengan 5 macam orang:
1. Fasik; karena dia bisa menjualmu dengan hal yang sangat remeh/kecil.
2. Bakhil (pelit); karena dia tidak akan membantumu meskipun kamu sangat memerlukan bantuan.
3. Pembohong; karena dia bagai fatamorgana, membuat jauh yang dekat & mendekatkan dengan yang jauh.
4. Ahmaq (orang sinting); karena dia mau membantu tapi malah menyusahkanmu.
5. Orang yang memutus ikatan rahim; karena aku temukan bahwa orang itu dilaknat dalam al-Qur'an di 3 tempat.
Sayyid Ali Zainal Abidin meninggal pada 94 hijriah, di usia 58 tahun di Madinah dan dimakamkan di sisi paman Beliau, Sayyiduna al-Hasan bin Sayyiduna Ali radhiyallahu 'anhum.
Dalam riwayat ini, berarti maqam yang di Mesir adalah masyhad (tempat Beliau disaksikan), bukan makam (kuburan atas jasadnya).
Ada juga yg menyebutkan bahwa Sayyid Ali Zainal Abidin meninggal dibunuh dan kepala Beliau akhirnya dibawa ke Mesir.
Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimakamkan di Mesir adalah putra Beliau, yakni al-Imam Zaid.