MISTERI TENTANG CINCIN NABI SULAIMAN YANG JARANG DIKETAHUI ORANG
Senin, 29 Agustus 2022
Edit
Buat Anda pecinta cincin batu akik, kali ini akan diulas tentang misteri cincin Nabi Sulaiman yang hilang dimana yang sampai sekarang masih belum diketahui.
Banyak yang percaya bahwa batu nabi Sulaiman memiliki kekuatan gaib yang bisa menjaga dan memberi perlindungan kepada pemakainya.
Konon, batu pada cincin Sulaiman bin Daud merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah padanya.
Cincin tersebut memiliki cahaya yang bersinar yang apabila dikenakan di jari tangan, maka akan berkumpul para jin, manusia, burung, angin, setan dan awan.
Dalam Mukhtashor Tarikh Dimasyq, Wahab bin Munbih pernah mengisahkan tentang kekuatan cincin batu Nabi Sulaiman ini. Konon, pada suatu ketika Sulaiman hendak berwudhu. Ia kemudian menitipkan cincinnya kepada seorang budak perempuan yang bernama Aminah.
Saat itu sebenarnya ada jin bernama Sokhr yang mendahului Sulaiman masuk ke tempat wudhu dan bersembunyi di balik pintu. Ketika Sulaiman memasuki tempat wudhu, jin tersebut keluar dengan wajah menyerupai Sulaiman sambil mengibas-ngibaskan jenggotnya yang basah karena air bekas wudhu.
Penampilannya sungguh serupa sekali dengan Sulaiman. Lalu jin Sokhr berkata kepada Aminah, “Cincinku wahai Aminah.” Aminah pun memberikan cincin tersebut kepadanya dan dia meyakini bahwa yang meminta cincin tersebut adalah Sulaiman.
Jin Sokhr pun segera memasang cincin tersebut di jari tangannya dan langsung pergi ke istana Sulaiman. Ia kemudian duduk di atas singgasana Sulaiman.
Maka berdatanganlah para tentara Sulaiman dari golongan manusia, jin dan burung. Mereka semua berdiri di hadapa jin Sokhr yang telah menyerupai Sulaiman. Mereka menyangka bahwa itu adalah Sulaiman.
Nah, ketika Sulaiman telah selesai berwudhu dan keluar dari tempat wudhunya, Ia lalu berkata kepada Aminah, “Cincinku.” Aminah pun bertanya, ”Siapa anda?” Dia menjawab, ”Aku Sulaiman bin Daud.”
Aminah sungguh tidak percaya dengan orang yang mengaku sebagai Sulaiman tersebut karena terdapat banyak sekali perubahan pada penampilannya.
Aminah lalu berkata, ”Engkau bohong, sesungguhnya Sulaiman telah mengambil cincinnya dan saat ini dia tengah duduk di singgasana kerajaannya.” Maka tahulah Sulaiman bahwa telah terjadi suatu kesalahan.
Sulaiman pun kemudian berlari ke padang tandus tanpa pegangan apa pun, tiada lagi kekuatan seperti ketika dia masih mengenakan cincin saktinya. Hingga akhirnya ia merasa sangat lapar dan dahaga.
Sulaiman lalu meminta-minta kepada orang setiap orang yang ditemuinya agar mereka memberikannya makanan dan minuman sambil mengatakan, “Aku Sulaiman bin Daud.”
Namun tiada satupun orang yang mempercayainya. Sulaiman yang asli berada dalam keadaan lapar dan tanpa tutup kepala selama 40 hari.
Ketika Sulaiman sampai di tepi pantai, dia menyaksikan sekelompok nelayan. Ia pun menghampiri mereka dan akhirnya bekerja bersama-sama mereka sebagai seorang nelayan.
Mendengar kabar kaburnya Sulaiman, sepupu Sulaiman sekaligus pengawal pribadinya, Asif bin Barkhoya berseru, “Wahai orang-orang Bani Israil sesungguhnya cincin Sulaiman telah dicuri oleh sekelompok setan dan sesungguhnya Sulaiman telah pergi dengan ketakuan di wajahnya.”
Ketika jin Sokhr yang duduk di singgasana Sulaiman mendengar perkataan tersebut, maka ia pun pergi menuju lautan dengan perasaan takut dan membuang cincin tersebut.
Cincin yang dibuang itu lalu dimakan oleh ikan salmon. Singkat cerita, ketika sedang mencari ikan di laut, atas izin Allah Sulaiman berhasil menjaring ikan tersebut.
Maka datanglah seorang lelaki membeli ikan-ikan di pantai itu dari jenis ikan yang menelan cincin Sulaiman, dari ikan yang menelan cincin itu pun ada pada kelompoknya tersebut.
Lelaki itu memanggil Sulaiman dan berkata kepadanya. ”Maukah engkau pikul ikan-ikan ini?" Sulaiman menjawab, "Ya." Sulaiman bertanya, "Berapa upahnya?" Lelaki itu menjawab, "Saya bayar dengan ikan jenis ini yang kamu pikul nanti."
Nabi Sulaiman as setuju, lalu ia memikul ikan-ikan itu dan pergi membawanya ke rumah laki-laki itu. Setelah sampai di pintu rumah lelaki itu, maka si lelaki itu memberinya upah berupa ikan yang ternyata di dalamnya terdapat cincinnya.
Sulaiman menerimanya, lalu membelah ikan itu. Tiba-tiba ia menjumpai cincinnya berada di dalam perut ikan tersebut, maka ia pungut dan memakainya.
Setelah ia memakai cincinnya itu, maka tunduklah kepadanya semua manusia, jin, dan setan; keadaannya kembali seperti semula, sedangkan setan yang merebut kedudukannya lari ke sebuah pulau di tengah laut.
Nabi Sulaiman as mengirimkan utusan untuk mengejar dan menangkap setan yang sangat jahat itu. Maka mereka mengejarnya, tetapi mereka tidak mampu menangkapnya, pada akhirnya setan itu dijumpai sedang tidur.
Kemudian mereka membangun di atasnya sebuah bangunan tertutup dari timah. Ketika setan itu bangun, ia kaget dan melompat, tetapi tidak sekail-kali ia melompat di bagian mana pun dari bangunan itu melainkan timah itu melentur dan membelitnya.
Akhirnya mereka dapat menangkapnya dan mengikatnya, lalu membawanya ke hadapan Nabi Sulaiman as.
Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar dibuatkan untuknya keramik yang diberi lubang, kemudian setan itu dimasukkan ke dalamnya dan disumbat dengan penutup dari tembaga.
Setelah itu, dia memerintahkan agar keramik itu dilemparkan ke laut. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman Allah SWT: "Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman, dan Kami jadikan di atas kursinya sesosok tubuh (mirip dengan dia), kemudian ia kembali (dapat merebutnya). (Shad: 34) Yang dimaksud dengan sosok tubuh itu adalah setan yang telah menguasai kursinya.
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Sulaiman as berdoa meminta ampunan kepada Allah SWT sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya.
Dia (Sulaiman) berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudah-ku; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad: 35)
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa makna ayat ini ialah kerajaan yang tidak layak bagi seseorang merebutnya dariku sesudahku, seperti yang pernah terjadi dalam kasus setan jahat yang menguasai singgasananya itu.